sayap-sayap sepi mengibas dari catatan silam menggetarkan kuncup kembang yang lagi kautanam
dia tahu ini kebun semula hanya debu tempatnya bercengkrama dalam kepulan yang tandus dan kelabu
hanya bening wajahmu melelehkan air mata menyapa kebun yang jenuh pada tanahnya ya, hanya sapa: kesetiaan atas cengkeraman sunyi yang begitu lama
maka ketika dalam jenuhnya tanah meratap adalah darah adalah darah
darahmu, ya Nama! meleleh dari luka tikaman dan pakuan
demikianlah darah membasuh tanah untuk menanam kembali benih kembang dari taman kehidupan yang dulu tercuri hilang
ya! kesunyian kebun kini menggeletar dalam suka cita tunas-tunas muda dalam nyayian demi nyanyian adalah juga pergumulan demi pergumulan
antara kerinduan menghijau dan mengembang mekar dan meyebarkan aroma keharuman adalah sayap-sayap: mengembalikan senyap dengan desahnya meremuk melisutkan dengan badainya
ah, hati yang gemetar, hati yang gemetar! kenapa lantas hidup serasa gurun berpendar? pilihan antara tetap berakar atau lenyap terbakar
dan engkau, engkau hanya tersenyum dalam diam sesungguhnya tak kubiarkan apa yang telah kautanam dalam cinta, dalam cinta kausaksikan pergumulan kembang
cintamu yang merawat dan menjaga apa-siapa sanggup menggesermya sejengkal saja? ya! geletar darah cintamu serasa gelora : dalam kasih-Ku, bertumbuhlah kau bunga! sayap-sayap yang angkuh bergetaran berpasangan musim lalu sudah remuk Kupatahkan!