celupkan kakimu ke sungai ini airnya akan membawa anganmu ke dalam istana tua raja yang berdiri di ambang melesatkan tulang dan bawang ke tubuhmu yang lekang di sungai ini kau menulis prasasti suaranya sampai ke laut cina melampaui sriwijaya dan pagaruyung yang mengendap juga ke dalam buku “inilah kota dimana orangnya menyantap tubuh manusia yang mengambang di sungai laksana gabus yang juga dilempar ke sini jadi cerita sampai kini,” katamu dan museum tak pernah henti menyuarakan kota yang kini tua diselimuti kabut dan kemelut oleh perebutan ulayat yang tak habis-habis sampai orang-orangnya terpinggir ke dekat gigir
aku pun teringat makam bapak ada di sini setelah bertahun-tahun ngembara mencari raja matinya di sini jua jauh dari istana seperti para pengembara yang terbang jauh di kampung juga ia jatuh menelan teluh! kota tua, sungai yang keruh orang-orang ngembara tinggal sepi menanti menjaga sejengkal tanah untuk makam kami di antara deru dan kesunyian yang dibangun oleh waktu yang berlari memburu dunia celupkan kakimu ke sungai ini airnya akan membawa anganmu ke dalam istana tua raja yang berdiri di ambang melesatkan tulang dan bawang bagi pendatang kusematkan persaudaraan dari rahim ibu yang sama bersila di lamban 1 dalam satu kata “ini kota dimana kita dilahirkan, jaga sampai raja benar-benar tiba.” sebagaimana dalam cerita tertulis di lontar entah itu legenda? tapi, darah kita sewarna dilahirkan dari ibu yang satu di dalam sesat agung 2