aroma malam mengantarku memasuki jiwamu. tidak seperti lelaki itu terdampar di perutmu lalu berdoa agar badai menyelamatkannya dan, tiap waktu lalu kauhafalkan doa itu di telingaku aku pun mengucapnya dekat di mulutmu sambil mengeja laut-laut yang pernah disinggahi tiap pulau kaumainkan tifa. ah, tidak! kurasa itu suara harpa, serupa gemuruh ombak yang membelai jiwamu ah, ya! kurasa kautengah menari. aku lupa gerakanmu cuma kuhapal sekali saat kakimu berputar di atas perutku kauusir badai ombak landai tiap waktu kuusung lantai ke atas kakimu lalu kaumenari
kauhapalkan doa itu di telingaku. aku pun mengingatnya di mulutmu. dan, badai makin menjauh. jauh cuma waktu tak pernah pergi tiap detaknya mengulum malam tidurlah, adin, tidurlah aku selalu menjaga tiap detak merangkak
di perutku badai akan segera reda secepat ombak sampai ke tepi aku tak akan berhenti menari dan doa kutiupkan ke telingamu sampai aku terjaga dan menemukanmu di lain lantai!