belati itu, ranjang yang bergoyang itu sudah jadi televisi yang berjalan ke panggung. lantas aku jadi luka melihat peradaban instan yang kautawarkan! lantas sejarah terus berulang. terus berulang ditulis dari dalam rumah, bahkan dari balik kelambu ketika lelaki dan perempuan itu menyulamnya dan kita mengenakannya, membawanya ke jalan-jalan. kemudian menulisnya di lembar-lembar koran juga di rol film yang diputar di bioskop maupun kaca televisi!
belati itu, darah itu, persetubuhan itu mengulang-ulang dalam layar kaca dan bioskop hingga jadi bahasa lain dari peradaban yang juga diam-diam telah memasuki kaveling demi kaveling yang aku dan kau sama-sama merasakannya
lantas belati itu, percintaan itu makin jadi bahasa sehari-hari begitu anak-anak televisi jadi konser besar!