sisakan garam dari tubuhmu, ibu. sudah bermalam-malam kukeringkan air laut menajamkan pisau usiaku tapi kenapa aku lebih suka menikmati garam yang diulang dari tubuhmu?
aku tak pernah jadi perahu di lautmu, ibu. padahal telah kurekam beribu-ribu ayatmu di hatiku. jadi lembar- lembar kitab yang terbuka: tapi wajahmu selalu hilang dan datang seperti gambar televisi yang tak mampu kubaca
ibu, ingin kukeringkan air laut dari tubuhmu hingga jadi garam biar lauk hari-hariku punya rasa. ingin kuperas garam dari tubuhmu dengan sejuta matahari yang kupetik dari pohon-Nya saatnya kini aku mengerti garam dari tubuhmu sangat kurindu. padahal laut yang bergelora dari sela-sela hatimu mulai menepi, dan aku kembali ziarah ke dalam mimpi-mimpi besarmu yang belum juga seluruhnya rampung!
ibu, aku ingin kembali ziarah ke dalam pangkuan lautmu. seperti perahu yang masuk ke galangan lantaran telah karat. sebab peradaban telah membuatku makin jauh dari lidah asin-manismu