di depanku selembar peta terbuka. Kucari tempat-tempat yang pernah ada dalam benakku, kota-kota yang menyimpan kenangan bersamamu. Tapi yang kubaca sisa luka dan wajah yang sulit kutandai. Tahilalat yang pernah kurajah di tubuhmu sudah terhapus perjalanan waktu. aku bagai menerka-nerka hidup yang misteri, kelamin yang asing di tengah orang-orang lalu kucari lagi tanda atau lambang atas isyarat di tubuhmu yang terbuka, seperti kubaca peta yang membentang ini. Aku dirikan podium untukmu, kukirim boneka dan topeng ke dalam tubuhmu: menarilah bersama waktu yang terus berputar, sayang, menari dengan irama bossanova! Sebab, katamu suatu waktu, hidup adalah permainan. Masuklah ke dalamnya, atau terbuang dari halaman peta ini. Ah, kusaksikan kau pun melangkah ke dalam laga itu, memburu lawan dan darah makin menggenang di halaman peta ini Khidir! Khidir! Jangan kau bocorkan lagi perahu ini jangan kau bunuh lagi anak tak berdosa itu jangan… (jangan kau tanya yang tak kupahami)