di matamu aku temukan puisi yang mengalir tak henti-henti seperti telaga yang menyimpan mitos-mitos aneh yang lampau di atas tikar ini aku meminjam keramat rimbun pohon kersen dan bahasa riang burung-burung selagi malaikat senja menaburkan serbuk asihan dan kasmaran yang digunakan sulaiman
mendekatlah sasasku dan pahamilah aku sebagai seniman kolokan sebab meminangmu dengan sebotol air mineral dan shalat ashar adalah parodi paling lucu sepanjang sore ini dan biarkan orang-orang berjingkrak-jingkrakan sambil muntah-muntah menertawakan peraduan kita, katakan kau takan pernah tidur sepanjang sore ini daun-daun saling melempar cerita dan di selipkan di pelepah pohon ranting-ranting menyalurkan bait-bait cinta yang di serap akar kerinduan alismu sarasku menepis kalimat-kalimat yang mengalun seperti suara biola tua
inilah aku sepenggal sajak cinta murahan yang berserakan diantara butiran embun bersama tubuh kikuk yang mematung dihadapanmu yang tampak bingung lalu keringat dingin, bau rokok, dan selembar daun kering yang kuremukan seakan mengesahkan bahwa aku tak karuan